Rabu, 16 September 2009

AL QUR'AN DAN API

Menurut para ahli sejarah, api sebagai salah satu unsur terpenting dalam kehidupan telah ditemukan semenjak 500.000 tahun SM. Sebelum itu, manusia-manusia awal penghuni bumi menganggap api sebagai makhluk berbahaya yang dapat membinasakan kehidupan setelah menyaksikan petir yang menyambar dan menghanguskan pepohonan, hewan, bahkan manusia. Pandangan ini berubah ketika mereka mendapati bahwa daging yang hangus akibat tersambar petir rasanya lebih enak. Api dapat pula dijadikan alat penerangan di malam hari. Mulai saat itu jadilah api sebagai beda penting yang dicari-cari.
Manusia yang pada mulanya menunggu proses alamiah terciptanya api yaitu dari pepohonan atau benda-benda yang terbakar akibat disambar petir kemudian mendapati bahwa ternyata api dapat dihasilkan dengan gosokan batang-batang kayu atau dipantik dengan jenis batuan tertentu. Hal ini terisyarat dalam Al Qur’an Surah Al Waqi’ah ayat 71 dan 72:
71: Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan( dari gosokan-gosokan kayu)
72:Kamukah yang menjadikannya atau kami-lah yang menjadikannya!
Sukarnya memproduksi api membuat manusia-manusia awal menganggap api sebagai bendea langka nan ajaib, yang kemudian dipuja dan disembah sebagai dewa atau tuhan. Di dalam Al qur’an umat penyembah api ini dinamakan umat majusi. Pada umat majusi, ada seseorang yang dipercayakan menjaga api agar tidak padam. Penjaga api ini memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat majusi. Ada pun di daerah-daerah tertentu yang terisolasi dari peradaban modern, api belum dikenal.
Di era peradaban modern pertama ( sekitar abad VII SM) yang ditandai dengan munculnya pusat-pusat peradaban penting di dunia seperti Mesir (3000-500 SM), India (1200 SM), Cina (700SM) dan Yunani (400 SM), api tidak hanya digunakan untuk mematangkan makanan atau pemanas ruangan tetapi mulai dipakai sebagai alat pelebur dan pembentuk logam untuk alat-alat perang. Peleburan logam ini diinformasikan pula di dalam Al Qur’an :

… Berilah aku potongan-potongan besi hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua ( puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain, “ Tiuplah (api itu) “. Hingga apabila besi itu sudah menjadi merah ( seperti api), Dia pun berkata, “ Berilah aku tembaga ( yang mendidih) atau kutuangkan ke atas besi panas itu.
( QS: 18: Kahfi: 6)

Peradaban modern Kedua yang dimotori oleh ilmuan-ilmuan muslim dari abad VII sampai abad XIII telah memunculkan berbagai penelitian tentang api yang lebih dalam. Ilmuan Kimia Abu Musa Jabir Bin Hayyam mengatakan bahwa pada waktu terbakarnya sebuah benda akan menyebarkan belerang dan meninggalkan zat-zat kapur.
Berbagai penemuan ilmuan islam di bidang kimia termasuk produksi api ini kemudian ditransfer ke Eropa pada era renaissance ( kebangkitan) mulai abad XIII. Robert Boyle dari Inggris (1627-1691) menemukan bahwa fosfor dan sulfur akan beraksi menjadi nyala api bila saling bergesekan. Muncul kemudian benda yang disebut korek api.
Abad XIX adalah abad dimana korek api dikembangkan secara besar-besaran di Eropa dengan memakai hasil temuan fosfor-sulfurnya Boyle. Namun karena sistem produksi api dengan fosfor-sulfur mengakibatkan keracunan pada para pekerja korek api maka para ilmuan mulai mencari bahan pemantik api yang lain.

Pada tahun 1827 seorang ahli farmasi Inggris, John Walker menemukan pemantik dengan bahan peroksida-sulfur dalam bentuk kayu sepanjang I yard1). Oleh para ahli sejarah, penemuan ini dianggap sebagai penemuan korek api batang pertama.
Korek api batang fosfor masih dipasok dari Jerman di Jerman sampai pada tahun 1832 tetapi karena zat kimianya yang berbahaya, lambat laun ditinggalkan. Geretan api yang lebih aman ditemukan ditemukan pada tahun 1855 oleh Carl Lundstrom dari Swedia. Lundstrom menggunakan fosfor merah sebagai bahan pemantiknya. Selanjtnya ditemukan lagi campuran pembuat korek api yang lebih baik yaitu fosfor dan chlorat.
Dewasa ini api bukan lagi barang yang langka sebab telah diproduksi dalalam jumlah yang banyak dengan berbagai kemasan, mulai dari korek api gores sampai korek api gas. Teknik pengontrolan api untuk mematangkan makanan pun telah berkembang sedemikian rupa mulai dari tungku kayu, kompor minyak tanah, sampai kompor gas. Para ahli kimia pun sepakat bahwa jenis api yang baik ( yang lebih sempurna pembakarannya) adalah jenis api berrwarna biru, dan ternyata Al Qur’an jauh-jauh hari telah menginformasiannya.

…yaitu tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang biru maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.
(QS :36 : Yasin :80)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar