Rabu, 16 September 2009

43. DIETER HRABAK

“ Saya bukan seorang yang jenius. Hanya keberuntungan yang membuat saya selamat sampai perang berakhir”.( Dieter Hrabak)


Lahir di Gross Deuben, Jerman pada tahun 1915. Dieter Hrabak, anak seorang arsitek ini tumbuh menjadi seorang kanone tempur Jerman yang berhasil merontokkan 125 pesawat Sekutu dalam 820 total misi penerbangannya.
Besar di negeri yang sedang dilanda perang dengan lusinan jagoan tempur cukup menumbuhkan semangat Hrabak untuk turut berpartisipasi menyumbangkan jiwa-raganya pada negara. Setamatnya dari sekolah menengah, Dieter diterima di Angkatan Laut Jerman (Reichmarine)Pada tahun 1935 ia pindah ke Luftwaffe dan dididik menjadi penerbang tempur.
Pada tanggal 13 mei 1940, denagn pesawat Bf-110 Rhabak ikiut dalam sebuah misi melindungi 4 buah kapal Scwarm Jerman yang melewati Sungai Meuse. Hari itu untuk pertama kalinya ia menembak jatuh sebuah pesawat Potez-63 milik Perancis yang melintas dengan tiba-tiba. Rhabak menghamburkan amunisinya sampai habis. Ketika datang pesawat Curtis Hawk 75 milik AS, Rhabak dan kawan-kawannya hanya bisa melarikan diri.
Rhabak adalah prajurit cekatan, cerdik, halus dan tenang, walaupun dibalik semua itu ia bukan termasuk prajurit yang necis. Ia dikenang oleh teman-temannya sebagai seorang prajurit bertubuh pendek dan berambut pirang. Pakaian seragamnya sering terlihat kusut, kotor dan dilengketi oli. Sepatu botnya pun sering terlihat berlumpur karena jarang disikat. Namun ini tidak mengurangi keseriusannya dalam latihan. Dalam pertempura di Inggris, ia menjatuhkan 16 buah pesawat dan untuk ini, ia diberi penghargaan Knight Cross dan pangkatnya dinaikkan menjadi Hauptman (Kapten).
Pada tahun1942 Prang Dunia II pecah. Jerman berhadapan dengan Perancis, Inggris, Amerika, Kanada dan Australia di Front barat, sementara di front timur dengan Rusia. Pada bulan november 1043, Rhabak meontokkan 18 pesawat lawan sehingga pangkatnya dinaikkan menjadi obersleutenant (letnan kolonel). Selama itu Rhabak tertembak sebanyak 11 kali dan terpaksa mendarat darurat hingga punggungnya pernah retak.
Pada tanggal 1 oktober 1944 ketika bergabung dengan gugus tempur J652 pangkat Rhabak dinaikkan menjadi kolonel. Dengan pangkat ini ia memberanikan diri medaftar di Universitas Tubingen sebagai arsitek seperti ayahnya. Namun ia harus kecewa karena ditolak. Tak ada pekerjaan pekerjaan arsitek untuk seorang anggota militer di universitas itu. Rhabak akhirnya kembali ke Angkatan Udara.
Barangkali sudah ditakdirkan menjadi penempur udara, setelah bergabung kembali dengan Angkatan Udara, Rhabak menambah skornya dengan menjatuhkan pesawat musuh menjadi 125. Ia diberi penghargaan German Cross in Gold.
Dieter Rhabak pensiun pada tahun 1970 dalam usia 75 tahun dan tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya di Daerah Bavaria. Kematian adalah sebuah misteri. Ia belum tentu datang bagi para pejuang yang telah menyambut kedatangannya ke medan laga. “ Saya bukan seorang yang jenius”, kata Rhabak. “Hanya keberuntungan yang membuat saya selamat sampai perang berakhir”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar