Rabu, 16 September 2009

54. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

“ Tak ada kebudayaan berkembang tanpa dukungan teknologi dan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur penting dalam sebuah kebudayaan”
Habibie,1992

Panggilannya Rudi atau Habibie. Tokoh yang bernama lenkap Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie ini memiliki tempat tersendiri bagi insan dirgantara di negaranya, Indonesia dan juga dunia oleh karena ia orang yang pertama mengetahui persis tyeori perambatan retakan pada amplitudo beban yang bervariasi pada pesawat (Crack Propagation On Random) disamping segudang pemikiran umum lainnya seperti di bidang ekonomi, social dan budaya. Dari itu berbagai gelar diberikan kepadanya antara lain, Mr. Crack, Napoleon dan Mutiara dari timur.
Lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada hari kamis 26 juni 1936, putra ke-4 dari 8 bersaudara ini pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie- R.A. Tuti Mawarni Puspowardoyo ini memiliki sifat pendiam, hobby menggambar dan membaca sejak kecil. Dibesarkan dalam keluarga agamawan, Habibie kecil tumbuh sebagai remaja yang tidak bermasalah, rajin dan patuh pada orang tua. Ini tidak membuat ia menjadi remaja yang individualis dan acuh terhadap lngkungan. Ia malah terkesan kreatif, sosial dan humoris.
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya, Pare-Pare sebagai anak seorang Landbouw Consulant atau Kepala Dinas Pertanian untuk Indonesia Timur pada zaman Belanda. Pendidikan pertama ia tempuh pada ELS ( Europes Lagere School) atau Sekolah Dasar pada Zaman Belanda dan tercatat sebagai siswa berprestasi terutama pada mata pelajaran eksak.
Nadib harus membuatnya angkat kaki dan merantau ke Tanah Jawa setelah Sang ayah meninggal. Ibu Tuti memilih menjual semua perhiasan, rumah, besrta semua harta simpanannya demi kelanjutan studi anak-anaknya.
Kota tujuan yang dianggap cocok untuk habibie yang berotak encer ini adalah Bandung. Di Kota Kembang ini Habibie memasuki Horger Borger School, lalu pindah ke SMP 5 ( Gouverment Middelbore School) pada tahun 1951, selanjutnya ke SMA Kristen di Jalan Dago. Walaupun di sekolah ia ikut ujian Injil Markus dan matius namun di rumah ia tetap rajin sholat dan mengaji.
Setamat SMA, Habibie melanjutkasn pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan elektro selama 6 bulan. Di sini ia memperoleh beasiswa untuk meneruskan studi ke Technische Hochschule Die Facultact Fuer Maschienennwesn, Aachen, Jerman Barat hingga studinya di elektro terputus. Terinspirasi oleh pesawat tempur paling kondang selama Perang Dunia II, Me-109 dan ucapan Bung Karno, “Bangsa yang besar ini dapat dipersatukan dan dikuasai secara militer dan dapat pula terintegrasi bila menguasai dua hal, penerbangan dan pelayaran” membuatnya memilih jurusan konstruksi pesawat.
Walaupun di Jerman hidup pas-pasan karena biaya kuliah dan fasilitas tempat tinggal tidak ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, tidak membuat Habibie patah arang dan malas-malasan, mahasiswa yang sering berdebat dengan dosen dan sering ngotot ujian kendatipun dalam keadaan sakit ini memilih tetap belajar di waktu libur, hingga mata kuliah habis ia lalap dalam tempo 4 tahun dengan nilai akademik rata-rata 9,5.
Penggemar kue khas Daerah Makassar, burongko dan pehobby musik klasik Mozart, hayden dan Bethoven ini meraih gelar Insyinyur Dipl. Ing atau Diploma Ingenieur pada usia 24 tahun tepatnya tahun 1968. habibie yang menikah dengan seorang gadis Solo, dr. Hasni Ainun Basri dan dikaruniai dua anak, Ilham Akbar dan Thareq Kemal ini meyelesaikan studi doktor pada tahun 1965 dengan thesis berjudul “Beitrag zur Temperatur Beanspruchung Der Orthotpren Kragcheibe”
Di samping menyelesaikan studinya, habibie bekerja sebagai Specialist Scientist di Industri Penerbangan Hamburger Flugzeug bau yang merupakan cikal bakal Messerchmit Boelkow Blohm. Di sini ia mengembangkan konstruksi F-28 mulai bagian bawah hingga ekor pesawat selama 6 bulan, gantunga mesin (fitling) pesawat HBF 320 selama 7 bulan sderya menyelesaikan roda pendarat untukl Pesawat angkut Do-31 yang dapat tinggal landas dan mendarat secara vertikal ( Vertical Take Off landing, VTOL).
Tokoh ini bukan kacang yang lupa akan kulitnya. Pada tahun 1974 ia diangkat sebagai penasehat teknologi Presiden RI dan menjadi actor utama pengembangn Industri Penerbangan Nurtanio, industri pesawat terbang Indonesia yang selajutnya diubah namanya menjadi IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara) kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia dengan produk antara lain, CN-235 dan N-250 yang diakui sebagai pesawat berkonsep fly by wire tercanggih di kelasnya.
Rumus-rumus Aerodinamika temuan Habibie yang dijadikan bahan kuliah di berbagai fakultas di Jerman Barat dan di juga didokumentasikan oleh AGARD ( Advisory Group For Aerospace Research and Development) yaitu buku pegangan yang memuat prinsip-prinsip dasar rancangan pesawat terbang standar NATO mulai dari pesawat eksekutif Hansen Jet HBF 320, Transal C-130, CO-160, Airbus 300, Do-31 VTOL, F-104 Starfighter, Helikopter Do-105 serta Pesawat tempur multifungsi MRCA dan Boeing 747.
Pemegang lebih dari 30 jabatan teknik dan industri strategis ini sempat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Wakil Presiden sampai Presiden Indonesia pada tahun 1998. Pantas jika ia menyandang predikat sebagai ilmuan Asia yang berhasil menggondol Bintang Penghargaan Tertinggi “Grootlesius in de Orde Von Orange Nassa dari pemerintah Belanda 25 mei 1983, Edward warner Award ICAO 1994, Bintang penghargaan Tertinggi “ garbd Cruz de Merito Aeronautico Condistinantio Blanco dari Pemerintah Kerajaan Spanyol 14 mei 1980, penghargaan dari pemerintah Jerman barat, Inggris, Perancis, Yordania, dan China.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar