Senin, 24 Agustus 2009

Orang-orang Apron


Dari jauh itu hanya sebuah titik hitam di atas garis horizon, garis persekutuan langit dan bumi. Titik itu makin lama makin besar dan bergerak kian mendekat beserta gemuruh membahana memecah cakrawala. Ia berubah warna menjadi putih, merah dan jingga, menjadi dua belas warna prisma, mencolok penglihatan.

Ia bergerak ke landasan dan Coss! Roda-rodanya mencium bumi meninggalkan semacam asap akibat gesekan karet ban dan aspal landasan. Ia melaju kencang dan secara perlahan mulai mengurangi kecepatannya. Sesaat kemudian ia memutar di ujung landasan dan berbelok masuk ke apron dengan dengung raksasa hendak memecahkan gendang-gendang telinga.

Marshaller ambil posisi dengan sepasang tongkat bercahaya merah di tangan, memberi aba-aba kepada kapten pesawat untuk memarkir pesawatnya pada titik yang tepat. Mobil derek dengan kereta-kereta kosong pengangkut barang berdatangan. Porter-porter dengan seragam biru tua kumal membuka pintu kargo di perut pesawat. Barang-barang dikeluarkan dan ditumpuk di dalam kereta, selanjutnya diderek keruang tunggu.

Mekanik dengan seragam putih biru menarik tangga ke bawah sayap pesawat. Panel fuel dibuka. Mobil pertamina aviation datang dan pesawat di-refueling. Ada yang jongkok di samping engine. Acces panel door dibuka. Engine yang kurang oli diisi. Landing gear diperiksa. Jika kikisannya tidak bisa ditoleransi lagi, baiknya diganti.

Pintu pesawat dibuka dan tangga didorong menghampiri pintu yang terbuka. Terlihat tangan mulus pramugari membuka pintu. Para penumpang berjalan menuruni tangga. Mereka menjinjing tas berisi buah tangan dari kota asal untuk mereka di kota tujuan.

Orang-orang operasi berlarian memegang handy talki. Berbicara dan berhenti. Memberi kesempatan berbicara pada orang di seberang sana, lalu membisikkan sesuatu ke telinga teknisi atau dari jauh memberi isyarat dengan bilangan jari. Sebanyak itulah fuel yang akan diisi ke tangki pesawat.

Datanglah pula mobil truk bertuliskan “Water service lavatory”. Memasukkan pipa-pipa besar ke badan pesawat. Kiranya ini adalah mobil penyedot tinja dan kotoran manusia yang dibuang di toilet pesawat. Kotoran-kotoran yang telah diproses secara kimiawi itu menjadi cairan berwarna biru yang kadang meleleri badan pesawat jika pipanya bocor.

Ada lagi mobil kanvas bertuliskan “Jasa boga penerbangan”. Kontainernya terangkat menuju pintu pesawat. Ada petugas yang memindahkan kotak-kotak aluminium ke dalam pesawat yang ditadah oleh pramugari cantik. Kalau yang tadi adalah “pengeluaran”, maka yang ini adalah “pemasukan”. Yang tadi adalah mobil penyedot kotoran, sedangkan yang ini adalah mobil pemasok makanan, yang sebenarnya adalah calon tinja juga.

Pilot dan pramugari yang telah menyelesaikan penerbangannya turun dari pesawat dan berjalan beriringan diikuti pandangan-pandangan jalang. Mereka mungkin pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat, ke istri, ke suami, ke orang tua, ke pacar, atau barangkali ke hotel. Dan kalau menyebut hotel, pikiran kita bisa jadi tiba-tiba error.

Datang kini mobil towbar, menuntun pesawat, menderek pesawat ke taxiway sesuai petunjuk petugas tower. Kini dengan pilot, pramugari dan penumpanmg baru. Semua ingin sampai di tujuan dengan selamat, walau terkadang takdir berbicara lain. Pesawat bergemuruh, melaju di runway, mendongakkan hidung dan terlepas dari bumi, mengudara dengan angkuhnya, makin lama makin kecil kembali menjadi titik hitam dan lenyap di cakrawala, menuju ketidakpastian.

Pesawat lain datang. Orang-orang di apron pun sibuk lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar