Senin, 24 Agustus 2009

BELAJAR DARI MANIPULASI SEJARAH BAJAK LAUT KARIBIA


Ada dua informasi tentang Barbarossa yang pernah saya ketahui. Yang pertama saat membaca buku : Khairuddin Barbarossa, Bajak Laut Atau Mujahidin? yang ditulis oleh Alwi Alatas. Dan yang kedua ketika menonton film The Pirates Of Carribean.

Pada pembukaan bukunya, Alwi memaparkan bahwa tokoh Barbarossa pernah ditampilkan dalam Komik Asterix sebagai tokoh antagonis, yakni seorang bajak laut tua yang bodoh dan licik. Gambaran tentang Barbarossa ini juga kurang lebih sama di dalam film The Pirates Of Carribean. Ia adalah lawan dari Kapten Jack Sparrow dimana barbarossa digambarkan memilki ilmu sihir, serakah dan tidak mempan mati.

Siapa itu Barbarossa? Alwi Alatas mengatakan bahwa dalam catatan sejarah, ada tiga tokoh yang diberi gelar Barbarossa. Barbarossa sendiri berarti =Si Jenggot Merah. Tokoh yang pertama adalah Frederick Barbarossa, Raja Jerman. Nama Operasi Barbarossa pernah dipakai Hitler saat menginvasi Rusia dalam Perang Dunia II. Tokoh yang kedua Adalah Aruj Barbarossa, dan yang ketiga adalah, Khairuddin Barbarossa. Aruj dan Khairuddin adalah kakak beradik. Dua-duanya adalah panglima Turki yang pernah menguasai Laut Mediterania dan amat ditakuti oleh pelaut-pelaut Eropa.

Aruj dan Khairuddin adalah dua bersaudara pemimpin perang laut yang pernah umat muslim Andalusia untuk diseberangkan ke Afrika Utara di kala Negeri Matador Muslim itu diserang oleh tentara Aragon-Catilla dari utara. Khairuddin bahkan sempat mengalami beberapa kali perang laut dengan Laksamana Andrea Doria dari italia. Dalam perang di Teluk Preveza, Doria mengalami kekalahan.

Namun peristiwa ini tidak banyak disinggung oleh para sejarahwan orientalis, sebab tentunya akan memalukan sejarah angkatan laut Eropa. Maka dilakukanlah pengaburan sejarah dengan maksud menenggelamkan ketokohan Barbarossa bersaudara antala lain melalui komik dan film.

Di Majalah Angkasa, Edisi khusus: Perang laut Yang Menentukan, pun para panglima Turki ini tidak pernah ditampilkan sebagai laksamana-laksamana yang pernah memenangkan perang laut. Hanya ada beberapa baris yang menukil sedikit tentang Khairuddin Barbarossa. Ini pun hanya dengan menulis nama khair el din sehingga para pembaca banyak yang tidak tahu bahwa Khair el din sebenarnya adalah Khairuddin Barbarossa, pelaut tangguh yang telah dimatikan karakternya sebatas bajak laut yang jahat.

Belajar dari kasus ini, saya ingin menekankan bahwa kerabunan dan kebutaan generasi muda muslim akan sejarah, sungguh bisa berakibat fatal karena hal ini akan membuat kita kehilangan jati diri, inferior dan menerima begitu saja segala cekokan cerita fiksi dari barat dengan segala bumbu teknologi dan kemasan percintaan ala Hollywoodnya. Padahal kemajuan teknologi barat hendaknya jangan sampai mendungukan kita untuk menelusuri sejarah yang sebenarnya tentang para pendahulu kita.

Masih banyak kisah pelaut muslim yang mengagumkan seperti kisah perjalanan Ibnu batutah dan Laksamana Muhammad cheng Ho, para pelaut yang tidak kalah dengan Marcopolo, Colombus dan Ferdinand magelland. Pelaut abdul majid, navigator yang dijuluki “Singa laut abad 15”, yang membantu Vasco da Gama menemukan jalur rempah-rempah ke timur.

Dari catatan pengembaraan laut pula kita mewarisi kata admiral (bahasa Inggris yang berarti laksamana). Kata ini berasal dari kata amir al bahr dalam bahasa Arab, serta kata muallim yang berarti navigator.

Sementara dari dalam negeri, ada Fatahillah yang berhasil menaklukkan Angkatan Laut Portugis, Kisah pengembaraan Syeh Yusuf Al-Makassari ke Madagaskar. Sebelum itu ada Laksamana Nala yang membantu mahapatih gajah mada menyatukan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, wilayah yang hampir sama luasnya dengan Eropa Barat, dam bagaimana Husin Daeng Rangka, pelaut Makassar yang telah mendahului Kapten James Cook menemukan Benua Australia.

Masalah Penemuan wilayah ini pun menurut saya sesuatu yang amat belum bisa diterima. Kalau penduduk Indian sudah mendiami Amerika selama berabad-abad yang lalu, mengapa pula kita mengamini begitu saja kalau penemu Benua Amerika adalah Colombus? Dan ada pual buku yang membantah bahwa penemu benua amerika adalah Cheng Ho. Bukankah yang benar: Penemu benua Amerika adalah orang Indian? Dan penemu Benua Australia adalah orang Aborigin, bukan kapten Cook.

Mungkin benar apa kata Edward Johnston (ITC, 1990) bahwa, orang yang tidak tahu sejarah, berarti tidak tahu apa-apa. Budayawan Abdul Hadi juga berkata bahwa, jika sebuah bangsa tidak menulis sejarahnya, maka bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang hilang dari peradaban dunia dan tentunya, akan menjadi bangsa yang dilupakan. Inilah yang terjadi pada suku Indian di Amerika dan aborigin di Australia.

Bagaimana dengan Selayar? Sudah seberapa banyak yang kita tahu dan kita tulis tentang Selayar? Sudikah kita jika suatu saat ada bangsa lain yang datang belakangan menulis bahwa, nenek moyangnya adalah penemu Selayar, padahal nenek moyang kita sudah karatan di sini jauh sebelum nenek moyang mereka lahir? Dan kalau tiba waktu itu, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa jika tidak dari sekarang menulis sejarah, karena data otentik yang dipercayai oleh dunia adalah data tertulis, sebagaimana pengesahan kelulusan sekolah adalah ijazah tertulis, dan Wahyu Tuhan yang oleh Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk ditulis dalam lembaran-lembaran mushaf, yang di kemudian hari dibukukan dalam sebuah kitab bernama Al-Qur’an.

Maka dari itu, mari kita belajar sejarah, belajar dari sejarah dan mulai menulis . Karena kita tidak akan bisa menunggu sampai orang barat datang menuliskan sejarah kita. Pun kalau mereka yang menulis sejarah kita, maka alur historis akan ditelikung dan dimanipulasi sesuai kepentingan mereka. Bukankah kita sudah merasakan sendiri bahwa untuk mempelajari sejarah Selayar pun, kita harus bersandar pada literatur yang ditulis Sejarahwan Eropa yang tentunya tidak lepas dari kesan eropasentris?

Ayo anak Selayar, urang-urangku ngaseng, tulislah sejarahmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar